Senin, 23 Mei 2011

Rumah Pelangi: Berdamai dengan Alam

Rumah Pelangi adalah sebuah kawasan konservasi hutan dan lahan seluas 90 hektar di Dusun Gunung Benuah, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Kawasan ini berjarak sekitar 60 kilometer dari Kota Pontianak ke arah Tayan. Rumah Pelangi dirintis oleh Pastor Samuel Oton Sidin, OFM Cap. pada tahun 2003. Kendati luas konservasi sangat kecil dibandingkan dengan luas lahan kritis yang ada, apa yang dilakukan Rumah Pelangi merupakan seruan etis kepada khalayak ramai untuk memulai suatu habitus (paradigma) baru yang lebih bersahabat dan ramah terhadap alam. Selama ini wacana pelestarian lingkungan hanya tinggal wacana lip service tanpa tindakan nyata. Pelbagai seminar tentang “Global Warming” terselenggara tanpa tindak lanjut yang jelas. Dengan prinsip “mulai dari diri sendiri”, Pastor Samuel merealisasi kecintaan dan hormatnya terhadap alam melalui proyek Rumah Pelangi. Action Rumah Pelangi yang “kecil” lebih bernilai daripada pelbagai gagasan dan statement ekologis yang hanya tinggal jargon semata. “Magnum in parvo”: bernilai besar dalam hal-hal kecil. Itulah yang dilakukan Rumah Pelangi.

sumber : kompasiana.com

Pastor Samuel Oton Sidin adalah seorang pastor biarawan dari Ordo Kapusin; doktor fransiskanologi dari Universitas Antonianum, Roma – Italia. Kiprahnya dalam pelestarian alam merupakan salah satu wujud penghayatan teladan hidup Fransiskus dari Assisi (pendiri ordo fransiskan) yang terkenal sebagai pelindung ekologi. Setelah menunaikan tugas sebagai minister propinsial Ordo Kapusin Pontianak selama dua periode (1997-2003), Pastor Samuel mengabdikan hidupnya untuk upaya konservasi alam di Rumah Pelangi. Pada waktu pemilihan minister propinsial Kapusin pada tahun 2009, ia terpilih kembali untuk memimpin Propinsi Kapusin Pontianak periode 2009-2012.

Ketika Pastor Samuel membeli kawasan yang akan dijadikan Rumah Pelangi di hamparan seluas 70 hektar pada tahun 2000, sebagian besar lahan di perbukitan dan rawa-rawa itu merupakan lahan yang rusak. Sisi utara dan selatan area tersebut banyak yang terbakar, sementara di sebelah barat nyaris tanpa pohon karena sudah ditebang. Keanekaragaman hayati sebagai kekayaan alam yang tersimpan di bumi khatulistiwa, turut lenyap dengan musnahnya hutan. Sedikit demi sedikit, kawasan yang rusak itu direhabilitasi. Secara bertahap, area lahan lain seluas 20 hektar juga dibeli sehingga kawasan konservasi bertambah luas.

Selain menjadi kawasan konservasi, Rumah Pelangi juga mengedukasi masyarakat tentang bagaimana mengolah lahan yang baik, mengembangkan bibit tanaman, dan mengembangkan usaha produktif dari bercocok tanam. Salah satu metode yang dikembangkan adalah membuat percontohan saluran irigasi dan sawah serta pelestarian mata air. Pastor Samuel membuat sebuah bendungan kecil untuk mengaliri sawah sekitar satu hektare. Selain menjadi sumber air Rumah Pelangi, bendungan itu juga turut dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat sekitar.

Edukasi dan Pemberdayaan Masyarakat
Dalam upaya penyadaran dan pembelajaran terhadap masyarakat sekitar, Pastor Samuel memakai prinsip inside-out. Kesadaran harus ditumbuhkan dari dalam. Ia mengampanyekan pelestarian alam bukan dengan menyalahkan atau melarang masyarakat sekitar yang kebanyakan menebang pohon demi asap dapur. Ia menggugah kesadaran dan rasa hormat terhadap alam melalui contoh teladan dan pendekatan persuasif.

Upaya konservasi Rumah Pelangi dilakukan dengan menanam kembali tanaman asli Kalimantan. Ratusan jenis tanaman buah dan pepohonan asli Kalimantan dikembangkan di kawasan itu. Dapat disebut antara lain pohon asam (18 jenis), bambu (15 jenis), pohon keras (14 jenis, misalnya belian, tapang, sengaon, gaharu), dan berbagai jenis buah-buahan seperti rambutan, mangga, langsat, jambu, nangka, dan durian. Sejumlah bunga juga ditemukan seperti pelbagai jenis anggrek dan kantung semar. Rumah Pelangi juga menangkar hewan landak yang makin langka.

Hal yang menarik untuk diketahui adalah Pastor Samuel memberi perhatian khusus untuk tanaman alam (hutan) yang tidak memberikan nilai ekonomis. Menurutnya, masyarakat cenderung memusnahkannya dan menggantikannya dengan tanaman yang laku di pasar. Pertimbangan masyarakat tentu bisa dimaklumi. Pastor Samuel justru melestarikannya agar generasi-generasi mendatang tidak hanya sekedar mendengar cerita, melainkan masih dapat melihatnya. Pelbagai tanaman langka itu antara lain mangga hutan, asam bawang, bacang, rambutan hutan, kandis, dan gandaria.

Pelangi: Simbol Harmoni dan Perdamaian
Nama “Rumah Pelangi” terinspirasi dari kisah Nabi Nuh dalam Kitab Suci. Setelah 40 hari 40 malam banjir raya menimpa manusia, muncul pelangi di cakrawala. Menurut Dr. Samuel, pelangi adalah tanda perdamaian dengan semua; damai dengan alam, manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Ia berharap, kehadiran konservasi Rumah Pelangi bisa menjadi seruan bagi kita semua untuk mewujudkan perdamaian dengan alam seperti tersirat dalam simbol pelangi.

Juru Kunci Merapi Ajak Masyarakat Ikut Jaga Merapi

Jakarta - Asihono atau Asih (44) putra ketiga (alm) Mbah Maridjan/Mas Penewu Suraksohargo hari ini dilantik menjadi juru kunci Gunung Merapi oleh Keraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Asih pun berjanji akan selalu berkoordinasi dan ajak masyarakat untuk ikut menjaga gunung teraktif dunia itu.

"Tugas ini adalah amanah yang harus saya emban. Saya berterimakasih kepada keraton yang telah mempercayakan tugas ini," ungkap Asih yang saat ini mendapat gelar Mas Lurah Suraksosihono kepada wartawan seusai menghadiri wisuda abdi dalem di Kagungan Dalem Bangsal Kasatriyan Kraton Ngayogyokarta, Senin (4/4/2011).

Menurut dia, tanggung jawab menjaga Gunung Merapi itu tidak hanya dipegang dirinya bersama 17 orang saja yang saat ini sebagai Pengirit Abdi Dalem Juru Kunci Merapi. Namun juga oleh semua warga masyarakat yang ada di sekitar Merapi bersama semua pihak.

"Kami akan selalu berkoordinasi dengan masyarakat dan semua pihak untuk menjaga Merapi. Saya akan meneruskan semua hal yang telah jalankan oleh bapak," kata Asih yang sebelumnya bergelar Mas Bekel Anom Suraksosihono itu.

Sebagai abdi dalem, lanjut Asih, dirinya juga akan mematuhi semua aturan yang telah ditetapkan oleh Keraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Abdi dalem harus dapat mengemban tugas sebagai penjaga dan pelestari budaya di Yogyakarta.

"Sebagai juru kunci harus bisa menjalankan tugas dengan baik. Senang karena ini amanah dan boleh dikatakan susah karena ini tanggung jawab yang tidak mudah. Saya akan melaksanakan dengan hati-hati," kata Asih.

Menurut Asih, sebelum dilantik menjadi juru kunci Merapi, dirinya juga sudah diberikan beberapa pesan oleh keraton melalui GBPH Joyokusumo yang menjabat sebagai Panghageng Kawedanan Ageng Panitrapura untuk selalui berkomunikasi dan koordinasi dengan semua pihak baik kraton, pemerintah setempat dan Vulkanologi maupun BPPTK (Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian) seperti yang telah dipesan

"Yang penting dilakukan adalah berkoordinasi sebab juru kunci itu hanya salah satu bagian yakni di bidang kebudayaan. Semua harus dipadukan atau disesuaikan," ungkap suami Muryanti itu.

Sehari-harinya Asih bekerja sebagai karyawan non akademik di Universitas Islam Indonesia (UII) di kampus terpadu di Jl Kaliurang Km 14. Oleh karena itu dirinya juga akan memberitahukan kepada pihak pimpinan UII mengenai tugas baru sebagai juru kunci Merapi yang akan diemban mulai saat ini.

"Saya berharap semua berjalan lancar tanpa ada hambatan apapun," harapnya.

Karena Dusun Kinahrejo tempat tinggalnya dulu bersama sang ayah, Mbah Maridjan, sudah hancur tertimbun material ketika erupsi Merapi tahun lalu, Asih bersama keluarganya serta warga dusun lainnya untuk sementara tinggal di shelter Dusun Plosokerep Desa Umbulharjo. Jaraknya sekitar 5 km di bawah tempat tinggal terdahulu.

Beberapa permintaan seperti peralatan upacara untuk labuhan seperti songsong (payung), jodhang (tempat pembawa sesaji), Praja Cihna (lambang Haba), pakaian peranakan 10 setel, janggan sapengadheg 8 setel untuk keperluan upacara labuhan dari keraton juga sudah diterima.

Saat acara pelantikan/wisuda abdi dalem, selain Asih sebanyak 229 abdi dalem juga dikuti di wisuda Kagungan Dalem Bangsal Kasatriyan Kraton Ngayogyakarto. Para abdi dalem yang dilantik terdiri dari 143 Abdi Dalem Punakawan dan 86 Abdi Dalem keprajan. Semua abdi dalem yang di wisuda oleh GBPH Joyokusumo menerima Serat Kekancingan (surat keputusan) dari Raja Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Prigi Arisandi, Pejuang Lingkungan dari Surabaya yang Mendunia

Prigi Arisandi, Pejuang Lingkungan dari Surabaya yang Mendunia Jakarta - Nama Prigi Arisandi dikenal di Surabaya sebagai aktivis lingkungan. Kini, nama pejuang lingkungan tersebut mendunia lantaran disejajarkan dengan 5 warga dunia lainnya yang mendapat The Goldman Environmental Prize.

Penghargaan Goldman diberikan oleh Yayasan San Fransisco. Penghargaan tersebut diberikan setiap tahun kepada aktivis lingkungan di level akar rumput yang berasal dari 6 wilayah, yakni Afrika, Asia, Eropa, kepulauan dan negara kepulauan, Amerika Utara, serta Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Pemberian penghargaan digagas pada 1990 oleh seorang dermawan yang bekerja sebagai pengusaha industri asuransi, Richard Goldman dan istrinya, Rhoda.

Prigi Arisandi mendapat penghargaan bergensi itu lantaran menginisiasi gerakan lokal untuk menghentikan polusi industri di sungai yang menyediakan air minum bagi 3 juta orang. Atas perjuangannya itu, Prigi berhak mendapatkan US$ 150.000.

Prigi menyelesaikan pendidikannya di jurusan Biologi, Universitas Airlangga, Surabaya. Pria kelahiran 24 Januari 24 1976 ini sejak di bangku kuliah bersama kawan-kawannya selalu berada di garis depan bila ada perusahaan yang didapati melakukan pencemaran.

Bahkan ia juga berusaha menyeret industri yang mencermari sungai dengan limbahnya ke pengadilan. Tak hanya Gubernur Soekarwo yang pernah ditegurnya, tetapi juga Presiden SBY pun sempat disomasi. Buruknya kualitas air Kali Brantas dianggap sebagai kesalahan SBY dalam mengelola Kali Brantas.

Suami Daru Rini ini dikenal baik hati. Dia pun tidak pelit untuk berbagi ilmu yang dimilikinya kepada orang lain. Prigi juga pernah menggagas dan mendidik detektif kali Surabaya. Kegiatan ini dilakukannya karena menurut dia, anak merupakan sosok yang paling rentan terhadap pencemaran yang terjadi di Kali Surabaya. Mandi di kali kini menjadi kegiatan mewah bagi sebagian anak-anak.

Bagaimana tidak, Kali Surabaya kondisinya memprihatinkan lantaran menjadi tempat pembuangan limbah bagi 800 industri. Akibatnya Kali Surabaya tercemar oleh Merkuri dan zat-zat kimia lainnya. Prigi berpendapat, anak-anak perlu dilibatkan dalam menjaga Kali Surabaya.

Prigi dan kawan-kawannya juga pernah melakukan aksi susur sungai Kalimas untuk mengkampanyekan 'Kali Surabaya bukan WC Umum'. Aksi itu digelar karena berdasarkan data Ecoton, di sepanjang sungai Sidoarjo dan Surabaya terdapat 1.282 WC pinggir sungai (WC helikopter). Akibatnya, kualitas air di Kali Surabaya memburuk.

Atas penghargaan yang diterimanya, Direktur Lembaga Ecological Observation and Wetlands Conservation atau Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) ini mendapat ucapan dari rekan-rekannya melalui situs jejaring sosial Facebook. Dinding Fecebooknya ramai dengan ucapan dari teman-temannya.

Patricia Parkinson misalnya yang menulis, "Wow, fantastic Prigi!!! I am so happy for you, you most definitely deserve the Goldman Environmental Prize, Congrats to you and all the ECOTON team :-)". Rekannya yang lain, Joko Hari, menulis "Pak Prigi, selamat ya atas penganugrahan The Goldman Environmental Prize 2011."

Hari ini, Prigi masih berada di AS. Oprah Theatre, San Francisco, akan menjadi saksi bahwa putra Indonesia pernah berdiri di sana, sejajar dengan pejuang lingkungan pilihan dari negara lainnya. Selamat Prigi!


sumber : detiknews.com

Minggu, 22 Mei 2011

Pendakian Semeru Dibuuka Kembali

Jalur pendakian Gunung Semeru, Jawa Timur, mulai Selasa (19/4/2011) dibuka kembali hingga rute Kalimati atau sekitar 4 km dari puncak Semeru. Pendakian ditutup sejak November 2010 dengan alasan perbaikan ekosistem serta cuaca buruk.

“Selama 9-12 April 2011, kami sudah melakukan survei dan pembersihan rute pendakian dari longsoran dan pohon tumbang. Kini jalurnya sudah bersih dan bisa dilalui kembali,” kata Kepala Bidang Pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Wilayah II (Lumajang), Anggoro Dwi Sujiharto, Selasa (19/4/2011) di Malang.

Rute jalur pendakian Semeru biasanya melalui Ranupani-Ranu Kumbolo-Oro oro Ombo-Cemoro Kandang-Jambangan-Kalimati-Arcopodo-puncak Mahameru.

Kondisi Gunung Semeru sendiri hingga kini masih berstatus waspada. Meski begitu, pembukaan jalur pendakian hingga radius 4 km dari puncak ini dinilai aman bagi pendaki.

Tidak terjadi peningkatan aktivitas berarti di Gunung Semeru. Sudah tidak ada lagi guguran material pijar. Pengamatan visual masih menunjukkan embusan asap putih dari puncak Semeru dengan ketinggian sekitar 300 meter.

“Dengan kondisi aman tersebut kami berani merekomendasikan dibukanya pendakian bahkan hingga Arcopodo (2 km dari puncak Mahameru). Namun, TNBTS punya pertimbangan lain sehingga pendakian hanya dibuka sampai Kalimati,” jelas Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendrasto.

Sumber : Kompas.com