Aktivitas panjat tebing sudah dikenal
masyarakat sejak lama bahkan masyarakat tradisional, mereka melakukan
pemanjatan guna mencari sumber kehidupan ataupun perlindungan, khususnya
didaerah pantai dan kawasan karst untuk mencari sarang burung atau
sumber mata air. Tetapi mereka tidak memakai system dan prosedur yang
baku seperti dalam olahraga panjat tebing sehingga faktor keamanan dan
tingkat resiko yang dihadapi sangatlah tinggi.
Panjat tebing pertama kali dikenal di kawasan benua Eropa tepatnya di kawasan pegunungan Alpen sebelum perang Dunia I. Pada awal tahun 1910 dinegara Austria mulai diperkenalkan penggunaan peralatan-peralatan yang digunakan untuk menunjang dalam kegiatan panjat tebing seperti carabiner (cincin kait) dan piton (paku tebing) yang pada saat itu masih terbuat dari besi baja. Dan berawal dari situlah para pendaki dari Austria dan Jerman mulai mengembangkan peralatan dan teknik olah raga ini. Seiring waktu yang terus berjalan peralatan olah raga ini banyak mengalami inovasi, terutama pada bahan pembuatannya, uji kekuatan gaya tariknya, kepraktisan penggunaan alat serta prosedur keamanan alat yang telah distandartkan.
Di Indonesia olahraga panjat tebing
sendiri telah terbentuk sejak tahun 1988 yang memiliki organisasi yang
pada saat itu bernama FPGTI (Federasi Panjat Gunung Dan Panjat Tebing
Indonesia) yang kemudian berganti nama dengan FPTI (Federasi Panjat
Tebing Indonesia) sampai sekarang ini.
DEFINISI PANJAT TEBING
Panjat tebing atau istilah asingnya
dikenal dengan Rock Climbing merupakan salah satu dari sekian banyak
olah raga alam bebas dan merupakan salah satu bagian dari mendaki gunung
yang tidak bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki melainkan harus
menggunakan peralatan dan teknik-teknik tertentu untuk bisa melewatinya.
Pada umumnya panjat tebing dilakukan pada daerah yang berkontur batuan
tebing dengan sudut kemiringan mencapai lebih dari 45° dan mempunyai
tingkat kesulitan tertentu.
Pada dasarnya olah raga panjat tebing adalah suatu olah raga yang mengutamakan kelenturan, kekuatan / daya tahan tubuh, kecerdikan, kerja sama team serta ketrampilan dan pengalaman setiap individu untuk menyiasati tebing itu sendiri. Dalam menambah ketinggian dengan memanfaatkan cacat batuan maupun rekahan / celah yang terdapat ditebing tersebut serta pemanfaatan peralatan yang efektif dan efisien untuk mencapai puncak pemanjatan. Pada awalnya panjat tebing merupakan olah raga yang bersifat petualangan murni dan sedikit sekali memiliki peraturan yang jelas, seiring dengan berkembangnya olah raga itu sendiri dari waktu kewaktu telah ada bentuk dan standart baku dalam aktifitas dalam panjat tebing yang diikuti oleh penggiat panjat tebing. Banyaknya tuntutan tentang perkembangan olah raga ini memberi alternatif yang lain dari unsur petualangan itu sendiri. Dengan lebih mengedepankan unsur olah raga murni (sport). 1. Himalayan system
Pemanjatan system Himalayan ini adalah
pemanjatan yang dilakukan dengan cara terhubungnya antara titik start
(ground) dengan pitch / terminal terakhir pemanjatan, hubungan antara
titik start dengan pitch adalah menggunakan tali transport, dimana tali
tersebut adalah berfungsi supaya hubungan antara team pemanjat dengan
team yang dibawah dapat terus berlangsung tali transport ini berfungsi
juga sebagai lintasan pergantian team pemanjat juga sebagai jalur suplai
peralatan ataupun yang lainnya.
Lain halnya dengan system diatas, jadi
antara titik start dengan pitch terakhir sama sekali tidak terhubung
dengan tali transpot, sehingga jalur pemanjatan adalah sebagai jalur
perjalanan yang tidak akan dilewati kembali oleh team yang dibawah. Maka
pemanjatan dengan system ini benar-benar harus matang perencanaanya
karena semua kebutuhan yang mendukung dalam pemanjatan tersubut harus
dibawa pada saat itu juga.
Dilihat dari bentuk penggunaan peralatan, panjat tebing terbagi menjadi 2 kelompok besar: 1. Artificial climbing
Merupakan pemanjatan yang mana didalam
pergerakannya sepenuhnya didukung oleh alat dan pemanjat tidak bisa
berbuat apa-apa tanpa bantuan alat tersebut. Peralatan selain sebagai
pengaman juga sebagai tumpuan untuk menambah ketinggian dalam melakukan
pemanjatan tersebut. Perlu diingat bahwasannya untuk dapat bergerak
cepat dan aman dalam melakukan pemanjatan bukan disebabkan karena adanya
peralatan yang super modern melainkan lebih diutamakan pada penggunaan
teknik yang baik.
Adalah pemanjatan yang mengunakan alat
hanya semata-mata untuk menambah ketinggian dan alat berfungsi sebagai
pengaman saja tetapi tidak mempengaruhi gerak dari pemanjat. Walaupun
dalam pemanjatan tipe ini pemanjat diamankan oleh seorang belayer namun
pengaman yang baik adalah diri sendiri.
Sedangkan untuk pengembangan dari jenis pemanjatan free climbing itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu :- Top rope pemanjatan dimana tali pemanjatan sudah terpasang sebelumnya. - Solo pemanjatan yang dilakukan seorang diri dengan merangkap fungsi sebagai Leader, Cleaner ,dan Belayer. Sedangkan solo sendiri juga dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu : a. Solo artificial climbing b. Solo free climbing |
Organisasi yang bergerak di bidang pecinta alam, yang berada di Fakultas Teknik Universitas Jendral Soedirman Purbalingga Jawa Tengah
Sabtu, 04 Februari 2012
Panjat Tebing / Rock Climbing
Sejarah panjat tebing.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar